Sabtu, 30 Mei 2015

Tips : Kamu Kreactivist? Jadilah tiga dari tiga sifat berikut!

Sumber fotonya dari Fanpage PKL tercinta, PKL 54 STIS
Terinspirasi dari catatan Ewa di berbagai akunnya, tergerak hati ini untuk kembali merangkai kata. Semoga terkibul, eh salah, terkabul.
Akhir-akhir ini, sedang marak berbagai gerakan mahasiswa yang turun ke jalan, mahasiswa yang melakukan berbagai aksi sebagai wujud kritisasi pada pemerintahan. Tapi tidak dengan mahasiswa kedinasan. Tidak. 
Di beberapa grup chatku, “Woy, mahasiswa bukan sih? Kalo ngaku mahasiswa, mana bentuk aksimu?”. “kamu mahasiswa? Cuma bisa nonton berita di tv? Yakin dengan statusmu itu?”. Rasanya jleb. Menusuk sampai ke tulang rusuk. *lebhay*.

Oke cukup!! Cukup sudah!!! Paragraf di atas sebenarnya hanya basa-basi belaka karena aku bingung gimana kudu memulai tulisan ini. Dan sebenarnya juga nggak nyambung sama bahasan berikut. Hehe. Pis!!
Lets kelelot aja lah. Kali ini, aku pingin kasih inspirasi buat kalian para kreactivist *pinjem istilah dari MediaKampus*. 
Tentang peran yang kudu banget kalian jalani dan resapi saat kalian berada di dunia kalian. Dunia ke-kreactivist-an alias kepanitiaan bin organisasi bin teamwork. Kalo bermanfaat ya monggo dibaca, kalo sekiranya hanya bualan belaka yasudah, sekip aja.

MENJADI PEMIKIR (THINK-er)
Dalam suatu organisasi atau kepanitiaan atau apalah apalah itu namanya, harus ada tipe THINKer. Mereka lah orang-orang yang menjadi ujung tombak dalam penyusunan strategi dan fungsi. Bingung? Ya, sama.
Kita ambil contoh real-nya saja ya, THINKer itu biasanya yang solutif, inovatif, kreatif, dan seperangkatnya. Mereka yang nentuin timeline kegiatan, yang bisa menyiapkan berbagai plan dan alternatif, yang bisa memberi solusi ketika menemukan halang rintang di organisasi, mereka yang seringkali susah tidur semaleman karena kepikiran “Duh, besok kudu memenuhi target ini, itu, anu, dst.”. 
Biasanya sih, THINKer kelas berat adalah para Pengurus Harian, tapi tidak menutup kemungkinan juga dari berbagai bagian lain, Pengurus Mingguan misalnya, atau Pengurus Kadang-kadang-an.
Mungkin, kalian pernah mendengar “Ing madya mangun karsa”? begitulah tipe THINKer ini. Dialah yang memposisikan diri di tengah-tengah, senantiasa siap untuk selalu memberi solusi dari berbagai arah. Dialah yang siap untuk “mangun karsa” atau memupuk kemauan dan motivasi teman-temannya. 
Eits.....tapi, jika kamu menjadi seorang THINKer, ingat ya, jangan hanya berorientasi pada FUNGSI, tapi juga pada EMOSI. Karena banyak hal tidak bisa didefiniskan dengan kata, logika, maupun algoritma, tapi hanya dengan hati dan perasaan semata. Cinta misalnya. CEILAAAHHH... *plak!

MENJADI PELAKSANA (ACTION-ist)
Sebuah ide hanya akan menjadi wacana jika tak terlaksana, jika tak ada aksi nyata. Begitulah moto para ACTIONist.
ACTIONist, unsur kedua yang harus dimiliki seseorang dalam suatu organisasi. Orang yang berada di garda paling depan dalam “keberlangsungan” event ketika show time. ACTIONist menjadi sosok yang merealisasikan berbagai ide dari para THINKer. Jadi, tanpa ACTIONist, berbagai pemikiran yang telah dicetuskan oleh para THINKer bakalan hanya menjadi angin lalu, alias wacana belaka. Nah lho, paham kan betapa pentingnya ACTIONist?
Oke, kita mainan contoh lagi, yuk!
Jika kamu ACTIONist kelas akut, kamu lebih suka melaksanakan berbagai jobdesc yang sudah disusun oleh orang lain. Kamu lebih seneng ngelakuin berbagai hal sesuai koridornya atau sesuai apa yang diperintahkan. Kamu lebih cocok merealisasikan berbagai hal seperti "biasanya". Gampangnya nih, hanya berorientasi pada fungsi.
Violiaaa! Woles dulu. Bukan berarti selamanya ACTIONist harus selalu begitu, jika kamu selama ini lebih sering melakukan hal itu, coba sedikit "nakal" gih. Kamu harus improve ketika kenyataan berbeda dengan apa yang direncanakan, tapi tetap melakukan hal-hal seperti yang sudah distrategikan. Bingung? iya, tulisan ini emang bikin bingung kok.
"Ing ngarsa sung tuladha" begitu sepertinya semboyan yang cocok untuk para ACTIONist. Mereka memberikan contoh pelaksaan sebagaimana mestinya kudu dilakukan. Mereka menjadi teladan "aksi nyata" yang bisa dilakukan. Tidak hanya omong doang, tidak hanya awang-awang doang. "Ing ngarsa" berarti "di depan"; yangmana mereka bertatapan langsung dengan lapangan, dengan berbagai pihak yang terikat dengan fungsi organisasi tersebut. "sung tuladha" artinya "memberi contoh"; merekalah yang secara nyata, bisa dilihat tindakannya, bisa disaksikan dan terbukti secara nyata. Alias orang lain bisa ngerasain dampaknya.

MENJADI PENGGEMBIRA (CHEER-y)
Ini dia, aspek yang tidak boleh terlewatkan. 
Kamu.....iya, kamu... pasti pernah merasakan titik jenuh berada di suatu organisasi bukan? Nah, disinilah sosok CHEERy diperlukan. Mereka lah yang menghidupkan suasana ketika bersama. Mereka yang bisa memunculkan "ke-enjoy-an" teman-temannya berada dalam kerumunan itu.
Itulah CHEERy, yang memberi tindakan nyata, bukan secara fungsi, tapi secara emosi. Begitu, paham?
Eh, sebentar! Tidak hanya itu, sosok CHEERy bisa dilakukan bukan hanya oleh orang-orang dalam organisasi itu kok. Misalnya nih, Suatu organisasi sebut saja "organisasi mawar" punya acara bertajuk "Seminar Melati". Nah, kalau seminar, pasti butuh orang lain kan, yang bisa menjadi peserta, yang bisa menjadi sosok "penolong" suksesnya acara tersebut. 
Semboyan ketiga punya Ki Hajar Dewantara adalah "Tut wuri handayani". Begitulah CHEERy. Semboyan itu memiliki arti "di belakang memberi dorongan" kurang lebihnya. Nah, Pascok kan sama sosok CHEERy. Ya Nggak? Ya kan? Iyalah.. Ya dong???!!! *maksa*.
Ya intinya begitulah. Iya-in aja deh.



Nah, udah paham kan, ketiga sifat pelaku organisasi versi suryoyok-dengan-adaptasi-dan-imitasi-dari-berbagai-sumber. Aku paham kok, ada 1 sifat yang menjadi sifat dominanmu. Akan Tetapi, coba deh perluas zonamu. Rengkuh ketiga sifat itu. 
Namun, jika kamu tidak memiliki salah satu dari sifat itu, huft banget. Huft.
Nih, ada rangkaian kata yang menampar habis, kukutip dari status kakak tingkatku ;

Kayu jati hanya akan jadi kayu biasa 
bila tak keluar dari hutan. 
Emas hanya akan jadi bijih biasa 
bila tak keluar dari penambangan. 
Air jadi rusak tergenang 
bila tak mengalir. 
–imam asy syafi'i

Tidak ada komentar:

Posting Komentar