Kecewa (kecéwa) [a] kecil hati; tidak puas (karena tidak terkabul keinginannya, harapannya, dsb); tidak senang:
[Peringatan Keras!! Tulisan ini memiliki kadar ke-senggolbacok-an yang tinggi.
Kesamaan kisah maupun tokoh berada diluar kesengajaan dan hanya kebetulan semata]
Begitulah yang mungkin kini kurasakan. Kekecewaan. Bukan kecewa
karena cinta atau pujaan, Bukan. Tapi kecewa pada seorang teman. Iya, teman.
Satu, dua, tiga orang sudah meninggalkan rasa kecewa. Sebenarnya,
bukan karena problematika yang membahana, tapi karena beberapa patah kata, yang
menggoreskan luka. Haha. Jika kau kira ini terlalu hiperbola, mungkin memang
itu adanya. Rasa galau, gundah gulana, bahkan dilema, sudah telalu menyesakkan
dada. Sudah terlalu larut kukecewa, sedalam samudera seluas jagat raya. Sudah sangat
berlebihan ku terluka, hingga tak tahan membual merangkai puisi bahkan prosa. Memang
aku bukan pujangga, yang tak perlu berlama-lama untuk merangkai kata. Aku perlu
waktu tuk merangkai kata, dari huruf a hingga z dan kembali ke a. Iya.. Aku hanyalah
manusia biasa, yang sedih jika galau melanda, yang sangat mudah merasa kecewa.
Sebenarnya hanya masalah sederhana. Ini bukan tentang
problematika yang membahana, bukan tentang permasalahan cinta yang kerapkali membuat
gila para remaja, atau malah persoalan mengolah data yang perlu memahami makna
statistika. Masalah ini, hanya satu penyebabnya, “percaya”.
Aku bukan orang yang mudah percaya kepada manusia; teman,
sahabat, atau bahkan orang yang kucinta, kadang perlu waktu untuk aku percaya
kepadanya. Tapi jika aku sudah percaya padanya, aku akan terus percaya. Dari
cerita menyesakkan dada hingga bualan bercanda olehnya, aku percaya. Itu sebenarnya
awal mula mengapa aku merangkai kata.
Kini waktunya, aku akan bercerita..
Aku percaya padanya, seorang teman sekelas yang sudah kuanggap
lebih dekat dari yang lainnya. Seorang teman sekelas yang kepadanya aku bisa
berceloteh mengungkapkan semua yang ada dalam dada. Seorang teman yang aku
percaya. Iya, aku sungguh percaya padanya.
Tapi kali ini berbeda. Hanya karena hal yang mungkin tak dia
sangka, membuatku sungguh kecewa. Sangat kecewa. Mungkin bila aku cerita
penyebabnya, kau kan tertawa, atau malah kau anggap ini hanya lelucon belaka.
Aku ingin menyampaikan isi hatiku pada seorang teman
sekelasku itu, “Temanku.. bagimu, mungkin wajar saja kau bercanda dengan
sesukamu. Boleh saja kau berkata tanpa berfikir ini itu. Tapi cobalah luangkan
sedikit waktumu. Apa yang sudah kau ucap hingga aku tak sudi untuk menatap?” TT.TT
Seperti api yang memunculkan asap. Begitulah masalah “kekecewaan” ini menghinggap
sampai hati yang sudah pekat menjadi semakin gelap. Ah, biarlah aku tetap
kecewa dan meratap, karena aku hanyalah seorang temanmu yang mungkin tak pernah
kau anggap. Biarkan kusendiri mendekap, hingga tubuh ini terlelap dalam malam yang
sunyi dan senyap. Tanpa banyak berharap.
Itu baru kekecewaan yang sederhana. Yang pertama. Kisah yang
menjadi paragraf pembuka. Belum kisah yang kedua ataupun ketiga. Kali ini akan kubercerita,
masih tentang seorang teman yang kupercaya. Seorang sahabat yang bahkan sudah
kuanggap keluarga. Seorang sahabat yang dulu sering kuhabiskan waktu bersama,
tuk tertawa, bercanda, hingga berbagi luka. Tapi kini berbeda. Sejak dia
mengenal seorang wanita, yang sebenarnya belum menjadi halal baginya, namun
sudah ia perjuangkan sepenuh jiwa raga. Membuatnya sungguh gila. Gila tiada
tara.
Tapi Sahabat, apa kau masih ingat? aku ingin jadi orang
terdekat yang takkan biarkanmu terjerat dalam perihal “maksiat”. Aku paham
dengan sangat, jika aku bukanlah seorang ustad ataupun malaikat. Tapi setidaknya
biarkanlah kau kugenggam erat. Apa kau masih menganggapku seorang sahabat? Ah,
apalah aku, hanya butiran debu, layaknya judul lagu yang dibiarkan berlalu. Sejak
aku mencoba memberikan nasihat padamu, ketika aku mencoba tuk membantu, kau
malah menganggapnya angin lalu, kau malah seperti memusuhiku.
Aku masih ingat di hari itu. Ketika aku hanya bisa
menunggumu untuk membuka pintu. Kau biarkan aku terpaku, menghabiskan waktuku
tuk menunggu, berharap bisa bicara denganmu, namun kau tak mau. Kau biarkan aku
disitu di balik pintumu, dan kau membisu. Sungguh lucu. Ah, pantaslah
kekecewaan selalu menghantuiku.
Aku sungguh kecewa padamu Sahabat. Kuajakmu sekadar kopi
darat, tapi kau berkilah tak sempat. Kulayangkan permohonan maaf lewat pesan
singkat, hanya kau lihat. Mungkin kau sudah bertekad bulat, untuk tak lagi
menganggapku seorang sahabat.
Ingin diri ini kutampar. Aku hanya bisa berputar-putar
layaknya lampu mercusuar, yang tak tau apakah aku melakukan hal yang salah atau
benar. Aku hanya bisa terdiam di kamar, membiarkan jari ini berkomentar hingga
mata berpendar dan otak tak lagi bernalar. Ah, biarkan masalah ini kusimpan. Menuliskan
nama sahabatku itu dalam daftar kenangan, yang seharusnya kulupakan. Mungkin aku
yang telah salah memilih jalan. Seharusnya aku selalu dan terus mengutamakan percaya pada Tuhan,
dan tak terlalu percaya pada “insan”. Tak menaruh harapan, pada makhluk
ciptaan.
Terima kasih Tuhan, kau beri aku pelajaran tentang
kepercayaan.
Jozzz
BalasHapusteman kelaski sopo?aku yok..klau bgtu maafkan lah aku hikshiks #nangisdi(warteg)pojokan
BalasHapusduh, bukaaannn.. rahasia pokoknya.. jangan Nangis Chaaaa...
Hapus#ikutanke(warteg)pojokan
#pesenNasisetengahpakeTelordadarSamaSayurditambahUdang
#maknyusenaknya
duh, yok. hampir sama, aku juga punya teman, bukan, bukan orang kepercayaanku, cuman, sama, aku juga pernah kecewa. Tapi sekarang sadar, ketika sahabat berkata,"Kalau percaya berarti pernah berharap?". Setuju sama ini : "Seharusnya aku selalu dan terus mengutamakan percaya pada Tuhan, dan tak terlalu percaya pada “insan”. Tak menaruh harapan, pada makhluk ciptaan."
BalasHapusLah, curcol jadinya.
note : gambarmu apik, yok :D
Hapushaha.. makasih Mir..
HapusMangats Mir..!!!!
Aku tau rasanya yookk... serba salah, kalo d ulur nanti hilang tapi kalo di tarik nanti putus. *malah main lajyangan*
BalasHapusKalau emang itu temen d percaya n berharga buat suryo, jgn nyerah ya.. mungkin dia sedang khilaf. Mungkin sekarang dia pergi, tapi saat dia kembali pastikan aja suryoyok masih dsini... *iniapasih
whehehe... woke sip lah.. Makasih, coy...
Hapus