Ahad, 25 MEI 2014. WE’RE READY!!
“Manteman, besok kita berangkat jam stgh 6 an, kita kumpul
di depan alfamart jam 4 ya.. tiket sudah ada, jgn lupa pakai jaket, dieng
dingin banget bro.. kaos tangan dan kaos kaki kalau perlu.. payung juga.. sama
air minum ya, see you besok ya..”
itulah jarkom yang mengawali kisah ini. Kami akan
berpetualang ke “Daratan Tinggi berpenghuni tertinggi KEDUA DI DUNIA”!!! DIENG.
Aku, Ucid, Wisnu, Ana, Nje, Cesar, Disi, Donni, dan Imas. Sore ini, kami
memulai petualangan.
Jam 4 hanya wacana, karena jam setengah 5 personel kami baru
berkumpul lengkap. Kamipun langsung menuju ke Kalimalang naik angkot 18.
Sampai di Kalimalang, ternyata bus yang katanya jam 5 sudah
siap, belum muncul juga. Akhirnya, jam 6 bus baru muncul. Kamipun langsung
duduk menempati kursi yang kosong, karena nggak ada nomor kursi pada tiket
kami, hehe. Naik bus dieng indah lho. Perjalanan malam pun kami mulai tepat
pukul 18.24 WIB, dengan jarkoman “Berdoa masing masing ya gaes..”.
Cuuussss!!! Bus melaju menuju Banjarnegara, Jawa Tengah.
Senin, 26 MEI 2014
Mendoan, jajanan rumah, dan dawet kami lahap habis, nikmatnya..
dan waktu istirahat pun usai. Sehabis shalat dzuhur, aku dan personel diantar
bapakku ke Wonosobo, untuk menuju ke rumah Ana. Lagi-lagi perbaikan jalan
dimana-mana. Haha..
Berbekal peta yang Ana upload di facebook tadi pagi, 45
menit diperlukan untuk perjalanan ke rumahnya. Sampai disana, kami disambut
oleh gerimis di Kalibeber, Mojotengah. Dan ketika masuk di rumah Ana, sudah
tersedia pisang goreng! Uhuy!!!
Bapak, Donni, Cesar, Ibu, Nje, Dissi, Imas, Wisnu, Mursyid |
“ini baru yang namanya gunung, lantainya dingin, anginnya
maknyus, airnya wuadhem tenan!!!”, gumamku.
Agendapun segera kita susun. Fiks. Sore ini kita mau jalan
jalan ke kalianget. FIKS. Sehabis shalat ashar, kami berangkat ke Kalianget,
yang katanya ada kolam berair hangat asli karena air pegunungan. Wowh!
Di kalianget, langsung kami nyebur ke kolam yang dingin
terlebih dahulu. Jadi ada 3 kolam disana; 1 kolam dingin untuk anak-anak, 1
kolam dingin untuk dewasa, dan 1 kolam air hangat. Berenang renang di kolam air
dingin yang dinginnya mengalahkan dinginnya air terjun Cilember di puncak pun
kami akhiri. Kami langsung cus menuju kolam air hangat. TERNYATA BENERAN!
AIRNYA HANGAT BANGET!!!! Tapi jangan nyelam di air hangat itu terlalu lama ya,
karena mata kalian bakal perih, sudah teruji praktis olehku, ckck. Saking hangatnya
air, uap pun mengepul-ngepul di atas kolam. Keren lah pokoknya!! Mau lagi! Hehe..
di hari itu juga, aku baru tau, kalau kalianget bukan hanya kolam renang, namun
juga tersedia fasilitas olahraga lainnya. Terletak di jalan menuju dieng bila
kalian tempuh melalui jalur dari Alun-alun Wonosobo.
Pulang dari kolam, turun hujan deras. Dingin kali mak! Kita sewa
angkot untuk balik ke rumah Ana. Tiba di rumah Ana, kami langsung mandi. Shalat
maghrib di masjid dekat rumah Ana -yang berposisi di pinggiran ladang orang-orang.
Indah, terhampar ladang dan sesawahan. Setelah itu, sudah menunggu angkot di
depan rumah Ana yang akan mengantar kami berjalan-jalan malam di Wonosobo. Agenda
malam ini adalah makan mie ongklok di pusat kota Wonosobo!!!! Uhuy!!!
Bremmm breeemmm angkot pun melaju. Tak terasa sudah sampai
di tempat tujuan, Mie Ongklok!!! Kami makan begitu lahap, karena termotivasi
oleh kedinginan, kenikmatan, dan tentu kelaparan. Tak lupa dong kami berfoto di
tempat itu. Ciyeehhh..
Setelah makan, kami balik. Eits, tapi kami nggak mau
melewatkan malam di wonosobo tanpa berfoto. Kami request ke pak supir angkot
untuk berhenti di Alun-Alun Wonosobo. Kami berfoto di sana, ini dia
foto-fotonya. Tetap eksis dan narsis. Sesi foto usai, kami kembali ke rumah
Ana.
Karena sudah lelah tubuh ini, kami langsung menuju kamar
masing masing. Para pemuda *jiah, pemuda* tidur di 1 kamar, dan para pemudi
disediakan 2 kamar.
Selasa, 27 MEI 2014.
Jam 2 pagi, alarm kami bersahut-sahutan layaknya
pendukung-parpol-yang-menyemangati-capres-cawapres. BERISIK DAN RAME DAN HEBOH DAN MEMBAHANA BANGET. kamipun
bangun, karena sekarang banget kami harus berangkat ke puncak dieng. Sambil mengumpulkan
nyawa, kami menikmati makanan yang sudah dimasak. Angkot yang akan mengantarpun
tiba, dan kami langsung berangkat menuju Desa Sembungan.
Perjalanan berkelok kami tempuh. FYI, jam 2 pagi, naik
angkot, tanpa lampu jalanan, berasa perjalanan apa gitu. Hehe..
Perjalanan lumayan lama. Hingga agak mual perut ini. Tapi akhirnya
sampai juga, di desa sembungan, DESA TERTINGGI DI PULAU JAWA. Ketika membuka
pintu angkot, wushhhh!! Langsung udara dingin menggerogoti sampai ke ujung ulu
hati. *engggg...* Bzzzz.. kami menunggu subuh di rumah warga. Disediakan teh
hangat, dan jajanan yang yahhhh lumayan untuk menghangatkan perut. Hehe..
Nikmatnya sajian warga Desa Sembungan |
Adzan subuh berkumandang, kami shalat di masjid terdekat. Uh,
saat berwudlu, dinginnya air hingga membuat tubuh ini linu-linu. Serius, berkali-kali-kali-kali-kali
lipat dinginnya air curug cilember di puncak bogor. Serius dingin banget.
BANGET. Kalian harus mencobanya!!!!
Shalat selesai, kami bersama banyak wisatawan lain langsung
mulai mendaki gunung. Wuih, gunung??!!! Di tengah perjalanan, cesar agaknya
kelelahan. Rombongan yang di depan tidak menyadarinya karena medan yang gelap
dan banyak orang, sehingga kami terbagi menjadi 2 rombongan. Cesar, ucid dan
wisnu di belakang, mereka mendaki dengan “alon-alon asal kelakon”. Yang lain
sudah di depan banget. Ternyata, dalam waktu
kurang dari setengah jam, kami telah sampai di puncak gunung Sikunir. Tempat
wisata yang biasa dinikmati ketika kalian ingin mengagumi indahnya sunrise
tanpa memakan banyak energi dan waktu.
Detik-detik menuju terbitnya matahari kami sempatkan untuk
mencari posisi yang wuenak, sembari istirahat dan foto-foto. Langitpun kemerahan,
pertanda matahari sebentar lagi akan muncul. Semua wisatawan mengeluarkan
gadgetnya untuk mengabadikan moment. Termasuk kami. Iya, matahari terbit di
depan mata kami. Dengan dihiasi aksesoris awan yang berarakan, gunung sindoro dan
sumbing yang berselimutkan kabut pagi, dan pepohonan hijau yang mewarnai
pegunungan. Subhanallah, sungguh sangat indah ciptaan Allah SWT yang TIADA
TANDINGNYA.
Matahari belum menampakkan wajahnya, |
Puas mengagumi indahnya sunrise di puncak itu, aku ucid
wisnu dan ana beranjak ke puncak lainnya. Kami naik ke atas batu tertinggi di
puncak itu. Subhanallah, aku semakin merinding melihat ini semua. Gunung Sindoro
di depan mataku bro!!! Di depan mata!!! Allah begitu sempurna menciptakan semua
ini.
Gunung Sindoro tampak gagah, dibelakangnya ada Gn. Sumbing |
Kawah Sikidang |
Dari kawah sikidang yang kawahnya bisa dilihat dengan jarak
dekat (nggak kayak kawah ratu yang cuma bisa dinikmati baunya doang),
selanjutnya kami cus ke theater dieng yang letaknya tak jauh dari kawah
sikidang!! Kata Ana, belum ke dieng kalo belum tau sejarah dieng. Intinya ya
kayak bioskop mini yang menceritakan tentang Dieng. Teman-teman yang lain
menikmati film dokumenter yang ditayangkan. Sayangnya, aku tertidur pulas dari
awal cerita sampai akhir, jadi ketika teman-teman cerita tentang filmnya, aku
hanya manggut-manggut. Hehe.. disana kami juga melihat secara langsung anak
gimbal, dan menikmati keripik jamur hangat yang sangat nikmat. Eits, wait! Aku punya
bocoran nih, kabarnya film yang ditayangkan tadi, sejak beberapa tahun terakhir
tidak ganti, alias film nya itu-itu aja. Hehe.. film dokumenter sih ya, :D
*ngeles*
Di depan Gedung Theater |
Imas, Wisnu, Cesar bergaya.. eaakk.. |
Di perjalanan yang berkelok, kami cerita mengenai banyak
hal. Hingga perjalanan yang berkelok itu tak terasa, hehe..
Sampai di rumah ana, kami disuguhi Carica, buah asli daerah
dieng. Kabarnya, buah ini tumbuh secara alami, tidak dikembangbiakkan oleh
penduduk. Kenapa? Karena di dieng sangat banyak tumbuh buah ini. Di perjalanan
tadi, kami juga melihat tumbuhan buah ini. Jujur, aku baru pertama kali
melihatnya, pohonnya seperti pepaya tapi batangnya bercabang.
Sreeeettt.. sampai di rumah Ana, langsung kami mandi dan
bersiap untuk balik ke perantauan. Singkat cerita, sehabis shalat ashar, kami
bersiap berangkat ke terminal Wonosobo. Aku yang akan balik ke Banjarnegara,
numpang di bis menuju Jakarta. Hehe.. eits.. tunggu dulu, sebelum bis
berangkat, kami tak lupa foto bersama bapaknya Ana.
Tepat adzan isya, aku touchdown di rumahku. Dan akupun
berpisah dengan teman-teman yang kembali ke perantauan. Ketika sampai di rumah,
aku bersyukur ternyata banyak sekali yang kudapatkan dari liburan bersama teman
sekelas ini.
Tidak hanya sekadar pemuas mata dan paru-paru. Namun aku
juga mendapat tamparan; betapa kecilnya diri ini, sangat kecil bila
dibandingkan ciptaan-ciptaan Allah. Aku belajar banyak hal. Belajar tentang
dieng wonosobo, belajar tentang indahnya persahabatan bersama teman-teman,
belajar tentang betapa seharusnya diri ini sadar untuk menjadi lebih baik.
Kukutip status salah satu sahabatku, Mursyid seusai liburan
ini :
“Alhamdulillah sdh bisa diberi kesempatan utk mentadhaburi
bagian kecil dari lukisan-lukisan Nya..
Ibrohnya, ternyata kita sangat kecil dibanding alam semesta ini, dan seharusnya kita tak punya alasan utk menyombongkan diri di muka bumi ini..”
Ibrohnya, ternyata kita sangat kecil dibanding alam semesta ini, dan seharusnya kita tak punya alasan utk menyombongkan diri di muka bumi ini..”
Kenangan ini, takkan kulupa kawan.. semoga, kalianpun
begitu.. suatu hari nanti, ingatlah bahwa ada kenangan kita bersama, di Dieng, di hari itu.. terima kasih kawan,
“Sampai jumpa kawanku.. S'moga kita selalu.. Menjadi sebuah
kisah klasik untuk masa depan..” -Sheila On 7.
keren nih cerita sama photo liputannya. jika berkenan mungkin bisa ikutan kirim ceritamu siapa tahu bisa nginap gratis di hotel pilihan.
BalasHapus