Senin, 16 Juni 2014

Sebuah Kisah; Dieng

Ahad, 25 MEI 2014. WE’RE READY!!

“Manteman, besok kita berangkat jam stgh 6 an, kita kumpul di depan alfamart jam 4 ya.. tiket sudah ada, jgn lupa pakai jaket, dieng dingin banget bro.. kaos tangan dan kaos kaki kalau perlu.. payung juga.. sama air minum ya, see you besok ya..”

itulah jarkom yang mengawali kisah ini. Kami akan berpetualang ke “Daratan Tinggi berpenghuni tertinggi KEDUA DI DUNIA”!!! DIENG. Aku, Ucid, Wisnu, Ana, Nje, Cesar, Disi, Donni, dan Imas. Sore ini, kami memulai petualangan.

Jam 4 hanya wacana, karena jam setengah 5 personel kami baru berkumpul lengkap. Kamipun langsung menuju ke Kalimalang naik angkot 18.
Sampai di Kalimalang, ternyata bus yang katanya jam 5 sudah siap, belum muncul juga. Akhirnya, jam 6 bus baru muncul. Kamipun langsung duduk menempati kursi yang kosong, karena nggak ada nomor kursi pada tiket kami, hehe. Naik bus dieng indah lho. Perjalanan malam pun kami mulai tepat pukul 18.24 WIB, dengan jarkoman “Berdoa masing masing ya gaes..”.

Cuuussss!!! Bus melaju menuju Banjarnegara, Jawa Tengah.


Senin, 26 MEI 2014


Sekitar pukul 05.30 WIB bus baru sampai di Banjarnegara (karena semalam jalanan macet –perbaikan jalan), tepatnya sampai di Kelurahan Kalibenda, rumahku. Kami turun dari bis, melesat ke rumah sederhanaku. Aku tau, teman-teman pasti kelelahan naik bus, maklumlah mereka jarang naik bus sejauh ini. Jadi di pagi ini, kami istirahat, tidur-tidur sembari nonton tv.
Mendoan, jajanan rumah, dan dawet kami lahap habis, nikmatnya.. dan waktu istirahat pun usai. Sehabis shalat dzuhur, aku dan personel diantar bapakku ke Wonosobo, untuk menuju ke rumah Ana. Lagi-lagi perbaikan jalan dimana-mana. Haha..
Bapak, Donni, Cesar, Ibu, Nje, Dissi, Imas, Wisnu, Mursyid
Berbekal peta yang Ana upload di facebook tadi pagi, 45 menit diperlukan untuk perjalanan ke rumahnya. Sampai disana, kami disambut oleh gerimis di Kalibeber, Mojotengah. Dan ketika masuk di rumah Ana, sudah tersedia pisang goreng! Uhuy!!!

“ini baru yang namanya gunung, lantainya dingin, anginnya maknyus, airnya wuadhem tenan!!!”, gumamku.

Agendapun segera kita susun. Fiks. Sore ini kita mau jalan jalan ke kalianget. FIKS. Sehabis shalat ashar, kami berangkat ke Kalianget, yang katanya ada kolam berair hangat asli karena air pegunungan. Wowh!
Di kalianget, langsung kami nyebur ke kolam yang dingin terlebih dahulu. Jadi ada 3 kolam disana; 1 kolam dingin untuk anak-anak, 1 kolam dingin untuk dewasa, dan 1 kolam air hangat. Berenang renang di kolam air dingin yang dinginnya mengalahkan dinginnya air terjun Cilember di puncak pun kami akhiri. Kami langsung cus menuju kolam air hangat. TERNYATA BENERAN! AIRNYA HANGAT BANGET!!!! Tapi jangan nyelam di air hangat itu terlalu lama ya, karena mata kalian bakal perih, sudah teruji praktis olehku, ckck. Saking hangatnya air, uap pun mengepul-ngepul di atas kolam. Keren lah pokoknya!! Mau lagi! Hehe.. di hari itu juga, aku baru tau, kalau kalianget bukan hanya kolam renang, namun juga tersedia fasilitas olahraga lainnya. Terletak di jalan menuju dieng bila kalian tempuh melalui jalur dari Alun-alun Wonosobo.

Pulang dari kolam, turun hujan deras. Dingin kali mak! Kita sewa angkot untuk balik ke rumah Ana. Tiba di rumah Ana, kami langsung mandi. Shalat maghrib di masjid dekat rumah Ana -yang berposisi di pinggiran ladang orang-orang. Indah, terhampar ladang dan sesawahan. Setelah itu, sudah menunggu angkot di depan rumah Ana yang akan mengantar kami berjalan-jalan malam di Wonosobo. Agenda malam ini adalah makan mie ongklok di pusat kota Wonosobo!!!! Uhuy!!!

Bremmm breeemmm angkot pun melaju. Tak terasa sudah sampai di tempat tujuan, Mie Ongklok!!! Kami makan begitu lahap, karena termotivasi oleh kedinginan, kenikmatan, dan tentu kelaparan. Tak lupa dong kami berfoto di tempat itu. Ciyeehhh..
Setelah makan, kami balik. Eits, tapi kami nggak mau melewatkan malam di wonosobo tanpa berfoto. Kami request ke pak supir angkot untuk berhenti di Alun-Alun Wonosobo. Kami berfoto di sana, ini dia foto-fotonya. Tetap eksis dan narsis. Sesi foto usai, kami kembali ke rumah Ana.
Sampai di rumah ana, aku terkaget! ada 2 ciwik-ciwik tergelongsor di ruang tengah rumah Ana. Ternyata itu tetangga Ana yang mau nginep di rumah Ana. Hehe.. anak kuliahan juga, tapi kami nggak sempat ngobrol banyak. *hih! Ngarep banget kenalan nih gue!! ckck*
Karena sudah lelah tubuh ini, kami langsung menuju kamar masing masing. Para pemuda *jiah, pemuda* tidur di 1 kamar, dan para pemudi disediakan 2 kamar.


Selasa, 27 MEI 2014.

Jam 2 pagi, alarm kami bersahut-sahutan layaknya pendukung-parpol-yang-menyemangati-capres-cawapres. BERISIK  DAN RAME DAN HEBOH DAN MEMBAHANA BANGET. kamipun bangun, karena sekarang banget kami harus berangkat ke puncak dieng. Sambil mengumpulkan nyawa, kami menikmati makanan yang sudah dimasak. Angkot yang akan mengantarpun tiba, dan kami langsung berangkat menuju Desa Sembungan.
Perjalanan berkelok kami tempuh. FYI, jam 2 pagi, naik angkot, tanpa lampu jalanan, berasa perjalanan apa gitu. Hehe..

Perjalanan lumayan lama. Hingga agak mual perut ini. Tapi akhirnya sampai juga, di desa sembungan, DESA TERTINGGI DI PULAU JAWA. Ketika membuka pintu angkot, wushhhh!! Langsung udara dingin menggerogoti sampai ke ujung ulu hati. *engggg...* Bzzzz.. kami menunggu subuh di rumah warga. Disediakan teh hangat, dan jajanan yang yahhhh lumayan untuk menghangatkan perut. Hehe..
Nikmatnya sajian warga Desa Sembungan
Adzan subuh berkumandang, kami shalat di masjid terdekat. Uh, saat berwudlu, dinginnya air hingga membuat tubuh ini linu-linu. Serius, berkali-kali-kali-kali-kali lipat dinginnya air curug cilember di puncak bogor. Serius dingin banget. BANGET. Kalian harus mencobanya!!!!

Shalat selesai, kami bersama banyak wisatawan lain langsung mulai mendaki gunung. Wuih, gunung??!!! Di tengah perjalanan, cesar agaknya kelelahan. Rombongan yang di depan tidak menyadarinya karena medan yang gelap dan banyak orang, sehingga kami terbagi menjadi 2 rombongan. Cesar, ucid dan wisnu di belakang, mereka mendaki dengan “alon-alon asal kelakon”. Yang lain sudah di depan banget. Ternyata, dalam waktu  kurang dari setengah jam, kami telah sampai di puncak gunung Sikunir. Tempat wisata yang biasa dinikmati ketika kalian ingin mengagumi indahnya sunrise tanpa memakan banyak energi dan waktu.
Detik-detik menuju terbitnya matahari kami sempatkan untuk mencari posisi yang wuenak, sembari istirahat dan foto-foto. Langitpun kemerahan, pertanda matahari sebentar lagi akan muncul. Semua wisatawan mengeluarkan gadgetnya untuk mengabadikan moment. Termasuk kami. Iya, matahari terbit di depan mata kami. Dengan dihiasi aksesoris awan yang berarakan, gunung sindoro dan sumbing yang berselimutkan kabut pagi, dan pepohonan hijau yang mewarnai pegunungan. Subhanallah, sungguh sangat indah ciptaan Allah SWT yang TIADA TANDINGNYA.


Matahari belum menampakkan wajahnya,
Puas mengagumi indahnya sunrise di puncak itu, aku ucid wisnu dan ana beranjak ke puncak lainnya. Kami naik ke atas batu tertinggi di puncak itu. Subhanallah, aku semakin merinding melihat ini semua. Gunung Sindoro di depan mataku bro!!! Di depan mata!!! Allah begitu sempurna menciptakan semua ini.
Gunung Sindoro tampak gagah, dibelakangnya ada Gn. Sumbing
Ketika matahari mulai beranjak naik, kami juga beranjak meninggalkan Puncak Sikunir. Ketika kami turun dari puncak sikunir, kami disuguhi oleh lucunya Telaga Cebong, yang ternyata bersampingan dengan tempat parkir. Tadi pagi kami tidak melihatnya, gelap sih ya, hehe..
Ana dan Dissi di dekat Telaga Cebong
Meninggalkan Desan Sembungan, tak lupa berpamitan pada rumah warga yang tadi kami sambangi. Tujuan selanjutnya adalah Kawah Sikidang. Sempat dilema sebenarnya, akan ke telaga warna atau kawah sikidang. Namun akhirnya kami putuskan ke kawah. Kawah sikidang adalah kawah yang terdapat 1 sumber belerang lumayan luas yang bisa dilihat dari jarak dekat. Uap mengepul di atasnya, kami juga melihat belerang mendidih yang ada di kawah itu, agak ngeri. Tapi tetep narsis tak dilupakan lah ya, hehe..
Kawah Sikidang
Entah apa maksud gambar ini, foto aja lah ya,


)*@(*&@%*^!))
Dari kawah sikidang yang kawahnya bisa dilihat dengan jarak dekat (nggak kayak kawah ratu yang cuma bisa dinikmati baunya doang), selanjutnya kami cus ke theater dieng yang letaknya tak jauh dari kawah sikidang!! Kata Ana, belum ke dieng kalo belum tau sejarah dieng. Intinya ya kayak bioskop mini yang menceritakan tentang Dieng. Teman-teman yang lain menikmati film dokumenter yang ditayangkan. Sayangnya, aku tertidur pulas dari awal cerita sampai akhir, jadi ketika teman-teman cerita tentang filmnya, aku hanya manggut-manggut. Hehe.. disana kami juga melihat secara langsung anak gimbal, dan menikmati keripik jamur hangat yang sangat nikmat. Eits, wait! Aku punya bocoran nih, kabarnya film yang ditayangkan tadi, sejak beberapa tahun terakhir tidak ganti, alias film nya itu-itu aja. Hehe.. film dokumenter sih ya, :D *ngeles*
Di depan Gedung Theater
ini dia, anak gimbal asli Dieng
Imas, Wisnu, Cesar bergaya.. eaakk..
Kami harus kembali ke rumah ana karena sudah beranjak siang. Di perjalanan, kami melewati Tuk Bima Lukar, yang merupakan hulu sungai serayu. Sungai serayu adalah sungai yang mengaliri 6 kabupaten di Jawa Tengah yang sering digunakan untuk rafting, terutama di Banjarnegara.
Di perjalanan yang berkelok, kami cerita mengenai banyak hal. Hingga perjalanan yang berkelok itu tak terasa, hehe..

Sampai di rumah ana, kami disuguhi Carica, buah asli daerah dieng. Kabarnya, buah ini tumbuh secara alami, tidak dikembangbiakkan oleh penduduk. Kenapa? Karena di dieng sangat banyak tumbuh buah ini. Di perjalanan tadi, kami juga melihat tumbuhan buah ini. Jujur, aku baru pertama kali melihatnya, pohonnya seperti pepaya tapi batangnya bercabang.
Sreeeettt.. sampai di rumah Ana, langsung kami mandi dan bersiap untuk balik ke perantauan. Singkat cerita, sehabis shalat ashar, kami bersiap berangkat ke terminal Wonosobo. Aku yang akan balik ke Banjarnegara, numpang di bis menuju Jakarta. Hehe.. eits.. tunggu dulu, sebelum bis berangkat, kami tak lupa foto bersama bapaknya Ana.
bersama Bapaknya Ana
Tepat adzan isya, aku touchdown di rumahku. Dan akupun berpisah dengan teman-teman yang kembali ke perantauan. Ketika sampai di rumah, aku bersyukur ternyata banyak sekali yang kudapatkan dari liburan bersama teman sekelas ini.

Tidak hanya sekadar pemuas mata dan paru-paru. Namun aku juga mendapat tamparan; betapa kecilnya diri ini, sangat kecil bila dibandingkan ciptaan-ciptaan Allah. Aku belajar banyak hal. Belajar tentang dieng wonosobo, belajar tentang indahnya persahabatan bersama teman-teman, belajar tentang betapa seharusnya diri ini sadar untuk menjadi lebih baik.

Kukutip status salah satu sahabatku, Mursyid seusai liburan ini :
“Alhamdulillah sdh bisa diberi kesempatan utk mentadhaburi bagian kecil dari lukisan-lukisan Nya..
Ibrohnya, ternyata kita sangat kecil dibanding alam semesta ini, dan seharusnya kita tak punya alasan utk menyombongkan diri di muka bumi ini..”

Wisnu, Mursyid, Suryo
Kenangan ini, takkan kulupa kawan.. semoga, kalianpun begitu.. suatu hari nanti, ingatlah bahwa ada kenangan kita bersama, di Dieng, di hari itu.. terima kasih kawan,

“Sampai jumpa kawanku.. S'moga kita selalu.. Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan..” -Sheila On 7.

1 komentar:

  1. keren nih cerita sama photo liputannya. jika berkenan mungkin bisa ikutan kirim ceritamu siapa tahu bisa nginap gratis di hotel pilihan.

    BalasHapus